Olahraga Ekstrem Picu Keracunan Darah
A
A
A
JAKARTA - Waspadalah bagi Anda yang hobi berolahraga ekstrem! Pasalnya, sebuah penelitian mengungkapkan olahraga ekstrem dapat memicu keracunan darah.
Dilansir dari Daily Mail, temuan ini muncul ketika para peneliti menganalisa orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan stamina ekstra. Kegitan itu seperti ultra maraton dan multi maraton dengan tahap beberapa hari berturut-turut.
Dr Ricardo Costa, dari Universitas Monash mengungkapkan, sampel darah yang diambil sebelum dan setelah olahraga, dibandingkan dengan kelompok kontrol, terbukti olahraga jangka waktu lama menyebabkan dinding usus berubah.
"Hal ini juga bisa menyebabkan bakteri endotoksin bocor ke dalam aliran darah. Sehingga memicu respons peradangan di seluruh tubuh," papar Ricardo.
Hal ini dapat terjadi pada seseorang yang berjalan selama lebih dari standar 42 kilometer. Tidak hanya itu, mereka juga berlari untuk jarak jauh secara berturut-turut. Berdasarkan hasil penelitian, orang yang ikut acara ketahanan tubuh tanpa persiapan yang paling berisiko terkena keracunan darah.
"Sangat penting bahwa siapa pun yang mendaftar untuk sebuah acara maraton untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan ikut pelatihan program secara khusus," ujar Ricardo.
Sementara, bagi orang-orang yang bertubuh bugar dan dilatih selama periode waktu tertentu dapat mengurangi respons kekebalan tubuh yang menyebabkan dampak negatif pada kesehatan.
Ben Smith, 27 tahun merupakan salah satu contoh dari kasus ini. Ben pingsan dan meninggal kurang dari dua jam sampai akhir finish pada 21 km. Padahal, Ben memiliki tubuh yang sehat dan tidak mengalami penyakit serius.
"Kita tahu bahwa sampai setengah dari orang-orang yang menjalankan maraton mengembangkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gastro-usus. Mereka bisa kram perut ringan dan diare," kata konsultan ahli patologi di County Hospital Brighton Royal Sussex, Dr Mark Taylor.
Dilansir dari Daily Mail, temuan ini muncul ketika para peneliti menganalisa orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan stamina ekstra. Kegitan itu seperti ultra maraton dan multi maraton dengan tahap beberapa hari berturut-turut.
Dr Ricardo Costa, dari Universitas Monash mengungkapkan, sampel darah yang diambil sebelum dan setelah olahraga, dibandingkan dengan kelompok kontrol, terbukti olahraga jangka waktu lama menyebabkan dinding usus berubah.
"Hal ini juga bisa menyebabkan bakteri endotoksin bocor ke dalam aliran darah. Sehingga memicu respons peradangan di seluruh tubuh," papar Ricardo.
Hal ini dapat terjadi pada seseorang yang berjalan selama lebih dari standar 42 kilometer. Tidak hanya itu, mereka juga berlari untuk jarak jauh secara berturut-turut. Berdasarkan hasil penelitian, orang yang ikut acara ketahanan tubuh tanpa persiapan yang paling berisiko terkena keracunan darah.
"Sangat penting bahwa siapa pun yang mendaftar untuk sebuah acara maraton untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan ikut pelatihan program secara khusus," ujar Ricardo.
Sementara, bagi orang-orang yang bertubuh bugar dan dilatih selama periode waktu tertentu dapat mengurangi respons kekebalan tubuh yang menyebabkan dampak negatif pada kesehatan.
Ben Smith, 27 tahun merupakan salah satu contoh dari kasus ini. Ben pingsan dan meninggal kurang dari dua jam sampai akhir finish pada 21 km. Padahal, Ben memiliki tubuh yang sehat dan tidak mengalami penyakit serius.
"Kita tahu bahwa sampai setengah dari orang-orang yang menjalankan maraton mengembangkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gastro-usus. Mereka bisa kram perut ringan dan diare," kata konsultan ahli patologi di County Hospital Brighton Royal Sussex, Dr Mark Taylor.
(alv)